Peduli Kucing

Rabu, 05 Mei 2010

Curhat 13 Tahun

13 tahun yang lalu..

Seekor kucing black tabby yang diberi nama Caty hadir di rumah, dipelihara oleh pembantu saya. Saya sangat dekat dengan pembantu saya, dialah orang pertama yang mengenalkan kucing kepada saya.

Setelah Caty, ada Empus, kucing bicolor blue and white. Dia datang dalam keadaan terluka karena tertabrak mobil. Awalnya dia tidak bisa bangun, ada di tumpukan sampah daun di belakang rumah. Setiap hari, saya mengantarkan makanan nasi dan ikan juga susu untuk Empus. Setelah sembuh, Empus menjadi kucing terbaik dan termanis sepanjang hidup saya. Empus suka membangunkan saya di pagi hari dan saat sahur. Dia kucing paling sopan, tidak pernah mencuri, dan sangat pintar, karena bisa pulang ke rumah setelah dibuang ibu saya di pasar. Empus dua kali melahirkan di rumah saya, litter yang pertama adalah Jula dan Juli (warnanya tortie dan calico), yang lahir di bulan Juli. Juli mati karena sakit, saya waktu itu masih belum kenal dokter hewan. Waktu Empus melahirkan, yang menolong adalah bidan tetangga saya. Waktu Juli sakit, ibu saya bilang ada dokter hewan yang tinggal di dekat rumah (itu pertama kalinya saya mendengar profesi dokter hewan), tapi Juli tidak sempat dibawa ke dokter. Ia sempat menangis menghampiri nenek saya (yang suka memberi makan), lalu pergi ke kolong kursi, dan pergi untuk selamanya. Saya masih ingat, dialah kucing pertama yang saya kubur di rumah. Setelah Juli pergi, Jula sempat sakit, sempat sembuh, dan pergi tidak kembali. Kecurigaan kami adalah, Jula pergi karena tidak ingin mati di rumah dan membuat kami sedih (saat itu nenek saya pun sayang pada Jula).

Setelah litter Jula-Juli, ada litter cemang dan cemong yang warnanya bicolor black and white dan calico. Cemang dan cemong meninggal saat masih kecil. Saat itu, keluarga saya mulai tidak peduli terhadap kucing. Empus pun akhirnya pergi, saya sangat sedih dan tidak memelihara kucing untuk waktu yang lama. Keluarga saya mulai tidak suka pada kucing. Mungkin, nenek saya sebenarnya masih sedih karena kepergian Jula-Juli, sehingga setiap ada kucing selalu diusir.


8 tahun yang lalu..

=================

Sempat beberapa kali memelihara kucing, namun semua hilang secara misterius, yang diduga dibuang oleh orang rumah saya. Dari sekian banyak yang hilang, ada satu yang paling membekas di hati saya.

Dia adalah seekor kitten red tabby and white yang saya pungut di sekolah pada hari ulang tahun saya.
Waktu itu, saya ingat, saya menelepon ke rumah, meminta izin pada pembantu saya agar boleh membawa pulang kitten itu (pembantu yang bersama saya sejak saya kecil, pecinta kucing, dan sudah saya anggap kakak sendiri). Pembantu saya mengizinkan dan saya membawanya pulang. Kucing itu saya beri nama Beybi. Saya dan Beybi sangat dekat, karena dia kucing satu satunya, dan dia tidak punya induk. Itulah pertama kalinya saya merasakan kasih sayang yang paling tulus, kasih sayang Beybi kepada saya. Suatu ketika, saat hujan, Beybi menangis mencari saya, lalu tidur di kaki saya. Saat itulah saya sadar, bahwa dia hanya punya saya, dan saya amat sangat menyayanginya.

Sayangnya, saya harus kehilangan dia. Suatu ketika saya pergi ke luar kota selama seminggu, dan ketika saya pulang, Beybi sudah tidak ada. Saya, tentu saja menuduh ibu saya membuang Beybi. Kata ibu saya, Beybi kabur karena saat itu rumah sedang direnovasi. Entahlah, saya tidak bisa berpikir lagi.

Itulah pertama kalinya saya merasakan kehilangan yang sangat besar. Saya menangis ketika melihat jadwal makan dan minum susu Beybi yang saya tulis di whiteboard untuk pembantu saya, saya menangis ketika membuka kulkas dan melihat persediaan ikan rebus milik Beybi. Saya terus menerus menangis membayangkan Beybi makan apa di luar sana. Saya….sangat….patah…hati. di hari-hari terakhir Beybi di rumah, pembantu saya sempat menolak mengurus Beybi karena ia sedang mengandung. Tapi saya membujuknya, dan cukup berhasil. Namun, saya juga tidak tahu apakah ada konspirasi di balik hilangnya Beybi. Ada kabar bahwa pembantu saya yang lain yang membuangnya (atas suruhan ibu atau nenek saya tentunya).

Kehilangan Beybi, adalah kehilangan terbesar saya. Apalagi sejak saat itu pembantu saya tidak membantu di rumah lagi. Ibu saya mengatakan bahwa sebenarnya ibu saya tidak mengizinkan saya memelihara kucing lagi karena tidak ingin saya sedih. Memang benar, cukup lama saya bersedih saat kehilangan Beybi. Saya terus menerus memikirkan dimana dia dan apakah dia bisa makan dan tidur.

Setelah Beybi, saya tidak memelihara kucing lagi, untuk waktu yang cukup lama, sekitar 5 tahun lagi. Alasan saya adalah karena saya tidak tega jika ada kucing yang sudah tergantung pada saya, lalu dibuang. Apalagi nenek saya mulai sakit-sakitan, dan pembantu yang suka kucing sudah pulang kampung.


3 tahun yang lalu..

==================

Tepat di hari nenek saya meninggal, datang tiga ekor kucing, seekor kucing jantan yang saya lupa warnanya, dan dua ekor kucing betina, satu bicolor black and white, dan satu brown tabby and white.
Kedua kucing betina ini tidak akur, awalnya yang menetap di rumah adalah kucing tabby and white yang saya beri nama Ngengeng, saya memang sengaja memberi nama asal2an agar saya tidak terlalu jatuh cinta pada kucing ini (masih teringat sakitnya patah hati terakhir, hehe..). Si Ngengeng ini tidak lama di rumah, pergi saat sedang hamil besar, dan posisinya di rumah digantikan si kucing black and white yang saya beri nama Buntel. Beberapa bulan kemudian, Ngengeng kembali, mengusir Buntel, dan resmi menjadi kucing saya. Ngengeng sempat melahirkan sekali, tapi entah dimana. Lalu hamil lagi, dan kali ini melahirkan dua ekor anak dan Ngengeng pun berganti nama menjadi Emak, yang nama kerennya ada Emma Key (bacanya Emak juga dooong). Dua ekor anak Emak, kali ini berhasil selamat dengan campur tangan saya. Dua anak emak ini bicolor black and white, dan salah satunya adalah si centil Paco yang terkenal itu loh… :D

Keberadaan keluarga kucing ini di rumah, cukup diterima. Saya ingat suatu saat saya pergi (lagi) ke luar kota selama 10hari. Saat saya pergi, dua bocah ini belum bisa berjalan. Namun, saat saya pulang, mereka sudah bisa berlari! Saya ingat, Paco dulu belekan parah, dan setiap hari saya bersihkan matanya (btw..saat itu saya belum tahu kalau belekan adalah tanda cacingan, hehe). Selama saya di luar kota, salah satu pembantu saya (maklum di rumah banyakan pembantunya daripada penghuni aslinya) yang membersihkan matanya, padahal ia salah satu tersangka pembuang kucing saya beberapa tahun sebelumnya. Manusia bisa berubah.

Walaupun keberadaan kucing saya sudah agak diterima, tetap saja mereka selalu menjadi tertuduh. Saya sendiri kelepasan, kucing 3 ekor tiba-tiba menjadi 11 ekor. Selain itu, kitten saya yang malang pernah menjadi korban kejahatan sepupu saya, dimasukan ke dalam ember berisi air. Saya luar biasa marahnya pada sepupu saya yang (kalau tidak salah) baru masuk SD saat itu. Sampai sekarang, dia takut pada saya. Hehehe…

Waktu itu, populasi sudah menjad masalah, sehingga saya mulai mengadopsikan kucing saya. Tapi satu hal yang saya bingung adalah, keluarga saya menentang steril (sebagian hingga hari ini masih keukeuh), sementara saya menentang pembuangan kucing. Akhirnya saya menyeteril kucing saya diam-diam. Kucing pertama yang saya steril, tentu saja si centil Paco.


Beberapa bulan belakangan…

===========================

Keadaan mulai membaik di rumah saya. Ibu saya, yang dulu paling vokal protes soal kucing, beberapa kali mengantar saya membawa kucing berobat. Momo, di hari terakhir hidupnya, menunggu ibu saya datang ke rumah sakit, barulah dia pergi untuk selamanya. Lexy, saat sakit, suka tidur di perut ibu saya. Paco, sampai sekarang, masih tidur di kasur ibu saya. Ya, ini ibu saya, ibu yang sama dengan yang membuang kucing-kucing saya.

Tante saya mulai bisa menerima, tidak pernah protes, dan prihatin saat kucing-kucing saya sakit.

Pembantu tersangka pembuang kucing, sekarang punya kucing di rumahnya.

Semua butuh proses, saya salah di awal. Mungkin tidak seharusnya saya begitu memaksakan memelihara begitu banyak kucing, ada yang cacat pula, beberapa sakit, dan saya sendiri kesulitan mengurusnya. Sekarang, saya diizinkan memelihara kucing, tetapi tidak boleh tambah. Ya, saya bersedia memenuhinya, tidak apa lah, saya sudah belajar, bahwa semua butuh proses, bahwa semua butuh kesabaran.

Proses yang harus saya lalui, sama sekali tidak mudah. Saya tidak pernah menyerah, tetapi pada akhirnya saya memutuskan untuk menutup mulut saya untuk menghindari konfrontasi, dan memilih untuk menunjukkan dengan perbuatan. Ternyata cara ini yang paling ampuh. Saya diam, tapi mereka melihat, betapa saya bekerja keras untuk menghidupi kucing-kucing saya, betapa saya berusaha menyelamatkan setiap nyawa kucing. Saya diam saja, karena saya pikir mereka tidak mendengar, tapi ternyata mereka melihat. Butuh waktu tiga tahun, dan saya beruntung karena hanya tiga tahun saya berjuang.

Notes ini diperuntukkan bagi mereka yang masih berjuang, membuktikan kepada orang lain bahwa peduli pada kucing adalah perbuatan yang mulia. Notes ini bagi mereka yang masih berjuang, untuk bisa memiliki peliharaan lucu ini di rumah.



D-Peduli Kucing
3 Mei 2010
(berdasarkan pengalaman pribadi)

Peduli Kucing © 2010

1 komentar: